Teropongrakyat.co – John F. Kennedy (JFK), Presiden ke-35 Amerika Serikat (1961-1963), meninggalkan jejak yang signifikan dalam sejarah, khususnya dalam kebijakan luar negeri AS, terutama terkait konflik Israel-Palestina.
Enam dekade setelah kematiannya yang tragis, warisan kebijakannya yang berani menantang ambisi Zionis terus menjadi bahan perdebatan dan analisis.
Banyak yang berspekulasi bahwa jika JFK tetap hidup dan terpilih kembali, perkembangan konflik Israel-Palestina mungkin akan jauh berbeda.
Kebijakan Luar Negeri yang Berani:
Masa jabatan JFK ditandai dengan perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri AS. Ia seringkali berselisih dengan CIA dan kompleks industri militer dalam menentukan kebijakan terhadap negara-negara berkembang dan Uni Soviet.
Berbeda dengan pendekatan konvensional, JFK berupaya menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan Israel dan negara-negara Arab, sebuah strategi yang bertujuan memperluas pengaruh AS di Timur Tengah, termasuk negara-negara yang beraliansi dengan Uni Soviet dan menentang sekutu NATO.
Dukungan Terhadap Nasionalisme Arab dan Afrika:
JFK secara pribadi mendukung gerakan nasionalisme Arab dan Afrika. Jauh sebelum menjadi presiden, saat masih menjabat sebagai senator pada tahun 1957, ia secara terbuka mengkritik dukungan AS terhadap Prancis dalam perang melawan kemerdekaan Aljazair, menyebutnya sebagai “imperialisme Barat” dan menyerukan dukungan AS untuk kemerdekaan Aljazair.
Sikap Tegas Terhadap Zionisme:
Meskipun memuji Israel dalam pidatonya di hadapan Zionist Organization of America pada tahun 1960, JFK juga menekankan pentingnya menjalin hubungan baik dengan seluruh bangsa di Timur Tengah. Ia dengan tegas menyatakan kebutuhan Timur Tengah akan pembangunan dan perdamaian, bukan perang dan senjata.
Pesan yang paling berkesan adalah kritiknya terhadap ambisi Zionis yang menurutnya akan menjadikan Israel sebagai “negara garnisun yang dikelilingi oleh ketakutan dan kebencian.” Ia menginginkan agar Zionisme Yahudi melepaskan diri dari impuls rasis, militeristik, dan ultranasionalis.
Menentang Dominasi Zionis di AS:
Di bawah Jaksa Agung Robert Kennedy, Departemen Kehakiman (DOJ) memerintahkan American Zionist Council (AZC), cikal bakal AIPAC (American Israel Public Affairs Committee), untuk mendaftar sebagai agen asing, mewajibkan mereka untuk melaporkan kegiatan dan pendanaan mereka.
Langkah ini menunjukkan upaya JFK untuk membatasi pengaruh lobi pro-Israel yang kuat di AS. Senator William Fulbright juga mengadakan sidang dengar pendapat yang mengungkap penggunaan dana bantuan kemanusiaan untuk melobi dan kampanye pro-Israel di AS.
Perlawanan AZC terhadap pendaftaran ini menunjukkan bahwa pada saat itu, Zionisme politik belum sepenuhnya dominan di komunitas Yahudi AS.
Pengakuan Hak Rakyat Palestina:
Pengalaman JFK mengunjungi Palestina pada tahun 1939 memberikannya pemahaman mendalam tentang konflik tersebut. Dalam surat kepada ayahnya, ia mengungkapkan simpati terhadap rakyat Palestina, mencatat arogansi beberapa pemimpin Yahudi dan menekankan bahwa Palestina telah menjadi tanah Arab selama berabad-abad.
Ia juga mengamati perpecahan dalam komunitas Yahudi sendiri antara kelompok ortodoks yang keras kepala dan kelompok liberal yang lebih moderat. Sikap JFK ini sejalan dengan Resolusi PBB 194 yang menekankan hak pengungsi Palestina untuk kembali atau mendapatkan kompensasi.
Upaya Mencegah Nuklir Israel:
Konflik terbesar antara JFK dan Israel adalah terkait program nuklir rahasia Israel. Setelah krisis rudal Kuba, JFK semakin khawatir akan potensi perang nuklir, terutama jika Israel memiliki senjata nuklir.
Ia menuntut pemeriksaan fasilitas nuklir di Dimona dan meminta izin inspeksi rutin oleh ilmuwan independen. Tuntutan ini menyebabkan ketegangan antara AS dan Israel, dengan Perdana Menteri David Ben-Gurion menolak permintaan tersebut.
John F. Kennedy menunjukkan keberanian dan visi yang langka dalam menghadapi tekanan lobi pro-Israel yang kuat. Kebijakan luar negerinya yang seimbang dan penghargaannya terhadap hak-hak rakyat Palestina merupakan kontribusi penting dalam sejarah konflik Israel-Palestina.
Meskipun masa jabatannya singkat, warisannya terus menginspirasi mereka yang memperjuangkan perdamaian dan keadilan di Timur Tengah. Analisis terhadap kebijakan JFK tetap relevan hingga saat ini, khususnya dalam konteks konflik yang terus berlanjut.
Penulis : (RQ)