Jakarta, Teropongrakyat.co – Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) mendesak penegakan hukum yang tegas terhadap penyalahgunaan narkoba yang dikemas dalam bentuk cairan (liquid) untuk rokok elektrik (vape). APVI menegaskan bahwa penyalahgunaan ini bukan karena produknya, melainkan akibat ulah oknum di lapangan. Senin, (16/12/2024).
“Sebagai asosiasi pengusaha vape, kami terus berkomitmen dalam meningkatkan pengawasan agar segala jenis narkoba tidak dijangkau komunitas pengguna vape. Masalah yang beredar saat ini adalah penyalahgunaan vape,” ujar Sekretaris Umum APVI Garindra Kartasasmita. Garindra mencontohkan bahwa jarum suntik, yang dirancang untuk keperluan kesehatan, bisa disalahgunakan untuk narkoba, dan pisau yang ditujukan untuk memasak bisa digunakan untuk melukai. Menurutnya, solusi bukan meniadakan produk-produk tersebut, melainkan memantau peruntukannya di lapangan.
Sejak tahun 2018, APVI telah bekerja sama dengan Ditjen Bea Cukai, Kepolisian Republik Indonesia, dan Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk mencegah peredaran produk vape ilegal. Melalui Satgas APVI, asosiasi ini secara aktif melaporkan penyalahgunaan dan produk vape ilegal kepada pihak berwenang. APVI menegaskan komitmennya untuk memastikan tidak ada anggota yang menjual produk vape ilegal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketua Aliansi Penghantar Nikotin Elektronik Indonesia (APPNINDO) Teguh Basuki Ari Wibowo juga mengapresiasi langkah kepolisian dalam mengungkap kasus narkotika berbentuk liquid dan menindak kasus tersebut. Namun, ia menekankan bahwa tidak seharusnya industri vape terkena dampak negatif akibat ulah segelintir oknum. Teguh bersama APPNINDO mengutuk peredaran liquid vape narkoba yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Ia meminta pemerintah untuk memastikan apakah perusahaan vape yang terlibat dalam penyalahgunaan tersebut berbadan hukum atau tidak, agar tidak terjadi kriminalisasi terhadap industri yang legal.
Industri vape di Indonesia didominasi oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan menyerap banyak tenaga kerja. Industri ini juga berkontribusi signifikan pada pendapatan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir dan bahkan perusahaan – perusahaan besar pun kini ikut terjun dalam bisnis Vape di Indonesia seperti Sampoerna dan Gudang Garam.
Garindra menjelaskan bahwa vape merupakan produk hasil pengembangan teknologi di industri tembakau yang menerapkan konsep pengurangan bahaya. Asosiasi mengklaim bahwa banyak penelitian di dalam dan luar negeri menunjukkan vape memiliki risiko lebih rendah daripada rokok karena menggunakan proses pemanasan, bukan pembakaran. Hal ini menghasilkan uap, bukan asap.
Sebelumnya, polisi menangkap tiga tersangka kasus pabrik narkoba jenis happy water dan liquid di sebuah perumahan mewah di Bandung, Jawa Barat. Polisi mengungkap bahwa ketiga tersangka hendak menjual barang haram tersebut pada malam tahun baru di Jakarta. Petugas menyita barang bukti berupa happy water, liquid vape berbagai rasa, bahan baku narkotika, alat produksi, dan berbagai perlengkapan kimia. Tiga tersangka yang ditangkap adalah SR, SP, dan IV, dan polisi masih mengejar satu pelaku lainnya yang berperan sebagai pengendali jaringan narkotika.
Kasus ini menjadi bukti nyata bahwa penyalahgunaan narkoba dalam bentuk liquid vape merupakan ancaman serius. APVI dan APPNINDO menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, asosiasi, dan masyarakat untuk mencegah peredaran narkoba dalam bentuk liquid vape dan melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan narkoba. Penting untuk diingat bahwa vape, seperti halnya produk lainnya, dapat disalahgunakan, dan tindakan tegas diperlukan untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan narkoba.