Oleh : Billy Retha P
TeropongRakyat.co, Hari ini Indonesia kembali jadi sorotan dunia. Demo besar di ibu kota berakhir ricuh, bentrok dengan aparat, hingga akhirnya tersorot media asing. Suara rakyat yang ingin didengar malah tertutup oleh gas air mata dan benturan di jalan.
Yang lebih memilukan, satu nyawa rakyat kecil harus hilang. Seorang pengemudi ojek online tewas setelah terlindas mobil taktis Brimob di tengah kerusuhan. Kehilangan ini bukan sekadar angka, tapi luka mendalam bagi keluarga dan juga bagi bangsa. Kami turut berbelasungkawa sedalam-dalamnya. Semoga almarhum diterima di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Inilah yang sering dilupakan: di balik konflik politik dan tuntutan kebijakan, ada rakyat biasa yang jadi korban. Mereka tidak mencari panggung, tidak mencari kuasa. Mereka hanya mencari nafkah, tapi harus membayar dengan nyawa.
Inilah saatnya bangsa ini bercermin. Aspirasi rakyat bukan musuh, kritik bukan ancaman. Pemerintah dan aparat harus belajar bahwa menjaga negeri bukan berarti membungkam suara, melainkan mendengar dengan hati. Di sisi lain, rakyat juga harus belajar bahwa perjuangan yang damai akan lebih kuat daripada kerusuhan.
Tuntutan masyarakat jelas: keadilan, transparansi, dan keberpihakan pada rakyat kecil. Jika suara rakyat terus diabaikan, maka yang hilang bukan hanya nyawa satu orang, tapi juga kepercayaan pada demokrasi itu sendiri.
Semoga tragedi ini jadi peringatan keras: negeri ini tidak boleh lagi menukar aspirasi dengan korban jiwa. Karena demo bukan sekadar ribut di jalanan—demo adalah cermin bahwa ada yang harus diperbaiki. Pertanyaannya, maukah kita bercermin, atau terus menutup mata?