Kisah Ki Ageng Suryomentaram, yang Memilih Jadi Rakyat Jelata

- Jurnalis

Minggu, 29 September 2024 - 06:04 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta -TeropongRakyat.co || Ki Ageng Suryomentaram adalah putra ke-55 Sri Sultan Hamengkubuwono VII dari Bendoro Raden Ayu Retnomandojo, putri Patih Danurejo VI. Ia merupakan salah satu filsuf Jawa yang populer pada masanya.
Banyak ajaran-ajaran kebatinan yang diciptakan berangkat dari pengalaman hidupnya. Salah satu yang populer hingga kini adalah ajaran moral “aja dumeh” yang artinya jangan menyombongkan diri, jangan mengecilkan orang lain karena diri berpangkat tinggi, karena pada hakikatnya manusia itu sama.
Lantas seperti apa perjalanan hidup Ki Ageng Suryomentaram hingga ia menjadi filsuf Jawa yang populer? Bagaimana juga pemikirannya dalam memaknai hidup? Berikut selengkapnya:

Hidup Mengembara

Pada awalnya, Ki Ageng Suryomentaram bergelar Pangeran Surya Mataram. Ia menanggalkan gelar kepangeranannya dan menyebut diri Ki Ageng Suryomentaram. Keputusan ini bermula saat ia melihat betapa beratnya hidup petani yang bekerja di sawah.
Sejak itu, ia sering keluar istana dan bersemedi di tempat-tempat yang biasa dikunjungi leluhurnya seperti Gua Langse, Gua Semin, dan Parangtritis. Selain itu, ia juga pergi mengembara ke daerah Kroya, Purworejo, sembari melakukan pekerjaan serabutan sebagai pedagang batik, petani, dan kuli.
Pada saat itu, utusan kraton coba mencarinya dan menemukannya sedang bekerja menggali sumur di Kroya. Ia diajak kembali tinggal di kraton. Namun saat di kraton, hidupnya penuh kegelisahan.
Kegelisahannya bertambah saat kakeknya, Patih Danurejo VI dibebaskan dari tugasnya dan ibunya dikembalikan ke kakeknya. Tak berselang lama, ia kembali ditimpa cobaan saat istrinya meninggal dunia.

Jalani Hidup sebagai Rakyat Biasa
Setelah kematian istrinya, Suryomentaram memilih hidup sebagai seorang petani di daerah Bringin, Salatiga. Di sana ia menjadi guru aliran kebatinan bernama Kawruh Begja.
Sepanjang hidupnya, ia menyelidiki alam kejiwaan dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai kelinci percobaan. Hasil observasinya akan jiwa diri sendiri itu ia tulis dalam bentuk buku, karangan, ceramah, dan lain sebagainya.
Ia biasa menyampaikan ceramah pada kalangan terbatas. Cara hidupnya cukup menampakkan kesederhanaan dengan mengenakan celana pendek, sarung, dan memakai kaos.

Baca Juga:  BBM Pertamina, Shell, Vivo, dan BP Kompak Turun Harga per April 2025

Observasi Rasa
Dilansir dari Wikipedia, pemahaman Ki Ageng Suryomentaram tentang manusia berangkat dari pengamatannya terhadap diri sendiri. Dari analisisnya, dihasilkan suatu citra manusia yang lebih menunjukkan seperti apa dan siapa manusia itu dari dunia yang melingkupinya.
Dari pengamatannya itu, ia menyimpulkan bahwa rasa setiap orang di dunia itu sama, yaitu sama-sama membutuhkan kelestarian raga dan kelestarian jenis.
Selain itu, Suryomentaram merumuskan hidup sederhana ala dia dalam NEMSA (6-SA), yaitu sakepenake, sabutuhe, sacukupe, samesthine, dan sabenere. Sementara itu, ia beranggapan bahwa sumber ketidakbahagiaan adalah keinginan. Wujud keinginan itu ada semat, drajat, dan kramat.
Semat itu berupa kekayaan, kesenangan, kecantikan, ketampanan, dan hal-hal yang biasanya bersifat fisik. Sementara drajat adalah keluhuran, kemuliaan, keutamaan, dan status sosial. Sedangkan kramat adalah kekuasaan, kedudukan, dan pangkat.

Sumber: Rasip Nasional Republik Indonesia

Berita Terkait

Dari Cibitung ke Cilincing: 19 Tahun Dedikasi CTP Tollways, Wujudkan Jalan Tol Berstandar Prima dan Efisien
TPK Koja Era Baru: Ibu Banu Astrini Gencar Tinjau Lapangan, Prioritaskan Kualitas Layanan
Ketua Pokja Wartawan Gunung Kaler Kecam Kekerasan dan Intimidasi Jurnalis di Dinas Perkim Tangerang
Momen Foto Kebersamaan Bupati dan Kajari di Tengah Sorotan Konflik Kepentingan Penanganan Kasus Hukum
JTCC Terus Berbenah: Standar Pelayanan Minimal Jadi Prioritas Utama
Harhubnas 2025: Pelabuhan Sunda Kelapa Berkomitmen Jadi Pelabuhan Ramah Lingkungan
DPP AKPERSI Tegaskan Disiplin Organisasi, Ketua Umum Keluarkan Perintah Khusus ke Seluruh DPD dan DPC
Kesamaan 17+8 Tuntutan Rakyat dengan Visi Jokowi, Benang Merah tapi Beda Arah

Berita Terkait

Sabtu, 13 September 2025 - 14:18 WIB

Dari Cibitung ke Cilincing: 19 Tahun Dedikasi CTP Tollways, Wujudkan Jalan Tol Berstandar Prima dan Efisien

Sabtu, 13 September 2025 - 12:57 WIB

TPK Koja Era Baru: Ibu Banu Astrini Gencar Tinjau Lapangan, Prioritaskan Kualitas Layanan

Jumat, 12 September 2025 - 17:12 WIB

Ketua Pokja Wartawan Gunung Kaler Kecam Kekerasan dan Intimidasi Jurnalis di Dinas Perkim Tangerang

Rabu, 10 September 2025 - 19:46 WIB

Momen Foto Kebersamaan Bupati dan Kajari di Tengah Sorotan Konflik Kepentingan Penanganan Kasus Hukum

Rabu, 10 September 2025 - 11:29 WIB

JTCC Terus Berbenah: Standar Pelayanan Minimal Jadi Prioritas Utama

Berita Terbaru

Otomotif

Wuling BinguoEV Raih Predikat Mobil Listrik Pilihan Keluarga

Sabtu, 13 Sep 2025 - 21:14 WIB

Breaking News

Narkoba Mengancam Pasar Minggu, Aparat Harus Lebih Serius

Sabtu, 13 Sep 2025 - 17:11 WIB