JAKARTA, Teropongrakyat.co – Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia, Sanny Iskandar, mengungkapkan bahwa negara mengalami kerugian hingga ratusan triliun rupiah akibat batalnya investasi yang disebabkan oleh aksi premanisme organisasi kemasyarakatan (ormas). Sabtu, (8/2/2025).
“Kalau dihitung semuanya, bukan cuma yang keluar, tapi yang nggak jadi masuk juga. Itu bisa ratusan triliun,” ujar Sanny dalam dialog optimalisasi kawasan industri di Jakarta, Kamis (6/2/2025).
Sanny menjelaskan bahwa banyak investasi gagal masuk ke Indonesia karena gangguan keamanan yang ditimbulkan oleh ormas di kawasan industri. Ia menyebut bahwa ormas sering kali memanfaatkan aksi demonstrasi sebagai alat untuk menekan perusahaan agar melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan operasional, seperti transportasi, katering, hingga proyek pembangunan pabrik.
“Yang mereka pengin itu supaya yang terkait dengan pabrik, seperti transportasi, katering, atau proyek pembangunan, harus melibatkan mereka. Modusnya, mereka melakukan unjuk rasa dan segala macam untuk menutup kawasan. Akibatnya, pabrik-pabrik nggak bisa beroperasi, bahan baku nggak bisa masuk, dan barang jadi nggak bisa keluar,” jelasnya.
Karena masalah ini, Sanny menyebut beberapa investor bahkan telah mengirimkan surat kepada Presiden RI, Prabowo Subianto, guna meminta jaminan keamanan bagi investasi mereka. Ia menekankan bahwa pemerintah perlu segera mengambil tindakan tegas mengingat banyak kawasan industri yang termasuk dalam objek vital nasional.
Lebih lanjut, Sanny juga menyoroti adanya kejadian di mana sebuah ormas bahkan menyegel pabrik di kawasan industri. “Kalau lihat fotonya tahulah, bajunya loreng-loreng dan segala macam. Ini yang nyegel bukan polisi, ini ormas. Jadi sudah sampai segitunya,” ungkapnya.
Beberapa kawasan industri yang disebut rawan terhadap premanisme ormas antara lain berada di Bekasi, Karawang, Jawa Timur, dan Batam. Sanny berharap pemerintah segera bertindak agar Indonesia tetap menjadi destinasi investasi yang aman dan kompetitif di mata investor global.