Kisah Mahaprabu Niskala Wastu Kancana: Jejak Panjang Kerajaan Sunda Galuh

- Jurnalis

Sabtu, 30 November 2024 - 09:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sejarah – TeropongRakyat.co || Di tanah Galuh, Kawali, tahun 1348 Masehi, lahirlah seorang pangeran yang kelak menjadi tokoh besar dalam sejarah Sunda, Niskala Wastu Kancana. Kehadirannya menandai harapan baru di tengah duka yang kelak akan mengguncang keluarganya. Ia adalah putra Prabu Maharaja Linggabuana dan Dewi Lara Linsing, serta adik dari Dyah Pitaloka Citraresmi, sang putri mahkota Sunda yang dikenang karena tragedi Palagan Bubat.

Tragedi Bubat: Luka Mendalam Kerajaan Sunda

Segalanya bermula ketika Dyah Pitaloka, yang saat itu berusia 18 tahun, dilamar oleh Prabu Hayam Wuruk dari Majapahit. Perjalanan keluarga kerajaan Sunda menuju Bubat di Jawa Timur diwarnai harapan akan bersatunya dua kerajaan besar. Namun, setibanya di sana, kenyataan pahit terungkap: sang putri diminta menjadi upeti, bukan sebagai permaisuri.

ADVERTISEMENT

Kisah Mahaprabu Niskala Wastu Kancana: Jejak Panjang Kerajaan Sunda Galuh - Teropong Rakyat

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketegangan memuncak ketika Gajah Mada, Patih Majapahit, memaksa tunduknya kerajaan Sunda. Dengan hanya 98 pengiring setia, Prabu Linggabuana memilih mempertahankan kehormatan daripada menyerah. “Walaupun darah mengalir di Palagan Bubat, kehormatan kami takkan ternoda,” demikian seruan Prabu Linggabuana kepada pasukannya.

Baca Juga:  FPRB Cikarang Barat Perkuat Sinergi dalam Pengurangan Risiko Bencana

Pertempuran pun pecah. Meski kalah jumlah, mereka bertempur hingga titik darah penghabisan. Semua gugur, termasuk Dyah Pitaloka yang memilih mati bela diri. Namun, tanah Sunda tetap merdeka, Majapahit gagal menundukkannya.

Masa Peralihan: Pemerintahan Bunisora Suradipati

Setelah tragedi tersebut, kerajaan Sunda dipimpin sementara oleh Bunisora Suradipati, adik Prabu Linggabuana. Dikenal sebagai Prabu Guru di Jampang, Bunisora membawa kerajaan ke dalam suasana religius. Dalam kepemimpinannya, ia berperan sebagai raja pendeta, mengutamakan spiritualitas dan kedamaian.

Sang Bunisora memiliki beberapa keturunan, di antaranya Mayangsari, yang kelak menjadi istri dari Niskala Wastu Kancana. Pada 1371, Bunisora wafat setelah memerintah selama 13 tahun, menyerahkan tahta kepada keponakannya yang telah cukup dewasa.

Kepemimpinan Niskala Wastu Kancana: Era Kemakmuran dan Kedamaian

Di usia 23 tahun, Niskala Wastu Kancana naik tahta dengan gelar Mahaprabu Niskala Wastu Kancana atau Praburesi Buanatunggal Dewata. Masa pemerintahannya dikenal sebagai era kejayaan Sunda, penuh dengan ketenangan dan kemakmuran. “Jangankan manusia, air, angin, dan cahaya pun merasa betah di bawah pemerintahannya,” seperti dikutip Carita Parahiyangan.

Pemerintahannya yang berlangsung selama lebih dari satu abad (1371–1475 Masehi) adalah salah satu yang terpanjang dalam sejarah kerajaan Nusantara. Di bawah kepemimpinannya, Sunda tidak hanya stabil secara politik, tetapi juga menikmati perkembangan budaya dan spiritual. Dua peristiwa besar yang terjadi pada masa ini adalah kedatangan Laksamana Ma Cheng Ho dari Tiongkok serta awal penyebaran Islam di Jawa Barat oleh seorang ulama yang mendirikan pesantren pertama.

Warisan Sang Mahaprabu

Baca Juga:  Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi DKI Jakarta, Bp. Drs. Arifin, M.AP Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 10 Zulhijah 1445 H - 2024 M

Niskala Wastu Kancana wafat pada usia 126 tahun dan dimakamkan di Nusalarang, meninggalkan jejak kepemimpinan yang penuh teladan. Ia diingat sebagai raja yang adil, religius, dan mencintai rakyatnya. Pesan Carita Parahiyangan menggaungkan warisannya:
“Barangkali ada yang akan meniru perilakunya yang dipusarakan di Nusalarang, agar hidup berjaya dan unggul di medan perang.”

Melalui kisahnya, Niskala Wastu Kancana mengajarkan bahwa kekuatan sejati seorang pemimpin tidak hanya terletak pada kuasa, tetapi juga pada kebijaksanaan, cinta damai, dan penghormatan terhadap kehormatan bangsanya.

 

Penulis : Ruhan

Editor : Romli S.IP

Sumber Berita: Arsip Nasional Indonesia /Carita Sunda / https://teropongrakyat.co/kisah-mahaprabu-niskala-wastu-kancana-jejak-panjang-kerajaan-sunda-galuh/

Berita Terkait

Cegah Premanisme, Bhabinkamtibmas Pulau Panggang Sambang Tokoh Masyarakat
Patroli Malam Perintis Presisi Polsek Kepulauan Seribu Selatan, Himbau Warga Tidak Judi Online dan Jaga Kamtibmas
Bedah Profesi: Wartawan Investigasi vs Wartawan Tulis, Jangan Disamakan Bro!
Perintis Presisi Polsek Kepulauan Seribu Utara Antisipasi Kenakalan Remaja dan Premanisme, Ciptakan Rasa Aman
Polisi Humanis Sambang Tokoh Masyarakat, Bhabinkamtibmas Pulau Lancang Tegaskan Perangi Premanisme dan Judi Online
Bhabinkamtibmas Pulau Kelapa Hadiri Lebaran Yatim Piatu 10 Muharram 1447 H, Tebar Kepedulian dan Kebersamaan
Wartawan Wajib Menggali Informasi yang Valid, Bukan Sekadar Cepat Tayang
Jurnalis Boleh Kritis, Tapi Jangan Jadi Tukang Tuduh

Berita Terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:27 WIB

Cegah Premanisme, Bhabinkamtibmas Pulau Panggang Sambang Tokoh Masyarakat

Rabu, 9 Juli 2025 - 11:21 WIB

Patroli Malam Perintis Presisi Polsek Kepulauan Seribu Selatan, Himbau Warga Tidak Judi Online dan Jaga Kamtibmas

Senin, 7 Juli 2025 - 15:41 WIB

Bedah Profesi: Wartawan Investigasi vs Wartawan Tulis, Jangan Disamakan Bro!

Senin, 7 Juli 2025 - 14:59 WIB

Perintis Presisi Polsek Kepulauan Seribu Utara Antisipasi Kenakalan Remaja dan Premanisme, Ciptakan Rasa Aman

Senin, 7 Juli 2025 - 14:54 WIB

Polisi Humanis Sambang Tokoh Masyarakat, Bhabinkamtibmas Pulau Lancang Tegaskan Perangi Premanisme dan Judi Online

Berita Terbaru

Breaking News

Cegah Narkoba, dan Miras Masuk Dermaga Kepulauan Seribu Utara

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:29 WIB