Tanjung Priok, teropongrakyat.co | 10 Juni 2025 – nama yang membangkitkan citra pelabuhan maritim bersejarah. Dahulu, kawasan ini dikenal sebagai perpaduan unik antara kearifan lokal dan budaya Betawi yang kental.
Rumah-rumah panggung berdiri kokoh di tepi laut, diselingi dermaga-dermaga tua yang menjadi saksi bisu pertukaran budaya dan perdagangan.
Suara gelak tawa nelayan bercampur dengan alunan musik gambang kromong, menciptakan harmoni kehidupan yang khas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bau amis laut berpadu dengan aroma rempah-rempah dari pasar tradisional, menciptakan aroma unik yang tak terlupakan. Tanjung Priok kala itu, lebih dari sekadar pelabuhan; ia adalah jantung denyut nadi kehidupan masyarakat pesisir.
Namun, seiring perjalanan waktu, Tanjung Priok mengalami transformasi drastis. Perkembangan ekonomi dan kebutuhan logistik yang terus meningkat telah mengubah wajahnya.
Pelabuhan kecil yang dulu hanya diramaikan perahu-perahu nelayan kini menjelma menjadi pusat logistik modern yang sibuk.
Kapal-kapal kontainer raksasa berlabuh di dermaga-dermaga baru yang megah, mengangkut barang-barang dari berbagai penjuru dunia. Aktivitas bongkar muat berlangsung siang dan malam, tanpa henti.
Transformasi ini, meski membawa kemajuan ekonomi, juga menimbulkan sejumlah tantangan. Peningkatan jumlah kendaraan berat yang lalu lalang di jalan-jalan sempit menyebabkan kemacetan dan polusi udara.
Debu beterbangan di udara, mengaburkan keindahan panorama laut yang dulu begitu memikat. Rumah-rumah panggung tradisional banyak yang tergusur, digantikan oleh bangunan-bangunan modern yang tinggi menjulang. Kearifan lokal dan budaya Betawi yang dulu begitu kental, kini seakan terpinggirkan.
Para nelayan tradisional pun menghadapi persaingan yang ketat dengan perusahaan-perusahaan logistik besar. Mata pencaharian mereka terancam, kehidupan yang dulu harmonis kini dibayangi oleh ketidakpastian.
Generasi muda pun cenderung meninggalkan kampung halaman mereka, mencari pekerjaan di kota-kota besar lainnya.
Pemerintah dan berbagai pihak terkait menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian budaya.
Upaya-upaya untuk melestarikan budaya Betawi di Tanjung Priok terus dilakukan, seperti penyelenggaraan festival budaya dan pembangunan museum maritim.
Namun, upaya-upaya tersebut masih perlu ditingkatkan agar lebih efektif dan berdampak luas. Tantangan yang dihadapi Tanjung Priok saat ini bukanlah sekadar masalah infrastruktur dan ekonomi semata. Ia juga merupakan masalah sosial dan budaya yang kompleks.
Bagaimana menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan pelestarian budaya dan lingkungan hidup menjadi pekerjaan rumah yang harus dijawab bersama. Tanjung Priok harus tetap menjadi pelabuhan yang maju dan modern, namun tetap mempertahankan identitas dan kearifan lokalnya sebagai warisan budaya bangsa.
Harapannya, generasi mendatang masih dapat merasakan pesona Tanjung Priok yang dulu, dengan sentuhan modernitas yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Agar Tanjung Priok tak hanya menjadi pusat logistik, tetapi juga tetap menjadi tempat bernaungnya kearifan lokal dan budaya Betawi yang kaya.
Penulis : RQ