JAKARTA, Teropongrakyat.co – Pemilihan pengurus dalam sebuah paguyuban sejatinya mengutamakan kompetensi dan keahlian calon pengurus. Namun, realita di lapangan menunjukkan kendala serius, yakni kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten serta dominasi kepentingan pribadi sejumlah anggota. Sabtu, (25/01/2025).
Paguyuban, yang seharusnya menjadi wadah solidaritas berbasis kekeluargaan, kini menghadapi tantangan internal. Nilai-nilai inti seperti intimasi, eksklusivitas, dan solidaritas yang menjadi ciri khas paguyuban sering kali tergerus oleh konflik kepentingan yang tidak sehat.
Salah satu masalah utama adalah minimnya SDM yang memiliki keahlian spesifik untuk mengelola paguyuban secara profesional. Walaupun secara kuantitas anggota mencukupi, tidak semua memiliki kapasitas untuk memimpin atau mengelola dengan baik. Hal ini membuat proses pemilihan menjadi kurang optimal dan berisiko menimbulkan perselisihan di antara anggota.
Tak hanya itu, campur tangan kepentingan pribadi juga menjadi faktor yang memperkeruh suasana. Beberapa anggota lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu dibandingkan tujuan bersama. Akibatnya, pengambilan keputusan sering kali tidak lagi objektif, sehingga mengancam stabilitas dan keberlanjutan paguyuban.
Padahal, paguyuban memegang peran penting dalam mempererat hubungan sosial masyarakat. Keberhasilannya sangat bergantung pada kepemimpinan yang kompeten dan kolektifitas seluruh anggota dalam menjalankan visi dan misi bersama.
Oleh karena itu, diperlukan kesadaran bersama untuk menempatkan kompetensi sebagai prioritas utama dalam proses pemilihan. Selain itu, anggota harus menahan diri dari kepentingan pribadi yang bisa merugikan paguyuban. Dengan begitu, diharapkan paguyuban dapat berjalan harmonis dan mencapai tujuan bersama.