Di Balik Kebijakan Purbaya Yudhi: Kenapa Kita Harus Berubah?

- Jurnalis

Sabtu, 20 September 2025 - 17:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta teropongrakyat.co – Ketika Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut tarif cukai hasil tembakau (CHT) sudah “sangat tinggi” dan menegaskan kebijakan negara tidak boleh membunuh industri, banyak yang langsung menafsirkan ini sekadar soal angka. Tetapi mari jujur: ini bukan sekadar hitungan fiskal, ini soal arah bangsa.

Sampai kapan kita mau terjebak dalam dilema semu: negara dapat uang, rakyat dapat penyakit? Cukai rokok memang menyumbang triliunan, tapi biaya kesehatan akibat penyakit terkait tembakau jauh lebih besar—dan ironisnya, ditanggung kembali oleh APBN. Jadi, apakah kita benar-benar untung, atau sekadar menggeser beban dari kas negara ke tubuh rakyat?

Pertanyaan berikutnya: bagaimana dengan industri? Benar, jutaan orang hidup dari sektor tembakau. Tetapi jika kita membiarkan industri berjalan apa adanya tanpa transisi, bukankah kita sedang membiarkan jutaan pekerja itu berjalan di ujung jurang? Apa gunanya mempertahankan industri yang sebentar lagi bisa ditinggalkan pasar global?

Dunia sedang bergerak ke arah ekonomi hijau, produk ramah lingkungan, gaya hidup sehat. Indonesia? Masih berkutat pada warisan lama yang membuat rakyat miskin makin miskin—bukan karena kurang kerja, tapi karena uangnya habis untuk rokok, dan kesehatannya dirampas penyakit akibat rokok.

Mari kita bicara keadilan sosial. Siapa yang diuntungkan dari pola ini? Bukan buruh pabrik, bukan petani tembakau kecil, apalagi konsumen kelas bawah. Yang paling banyak menikmati hasilnya hanya segelintir pelaku besar industri. Lalu siapa yang menanggung akibatnya? Negara, melalui biaya kesehatan. Rakyat, melalui hidup yang dipotong usia sakit.

Baca Juga:  Mau Bayi Gemuk dan Sehat? Ini Tipsnya Biar Nggak Salah Kaprah!

Inilah kenapa kita harus berubah. Perubahan bukan berarti mematikan industri seketika, melainkan menata ulang: bagaimana industri diberi jalan transisi, bagaimana masyarakat dilindungi, bagaimana negara tetap mendapat pemasukan tanpa mengorbankan generasi.

Pertanyaan terakhir, yang paling mendasar: kalau kita tahu semua ini, kalau Purbaya Yudhi sendiri sudah memberi peringatan, lalu apa alasan kita untuk tetap diam?

Karena yang pasti, tanpa perubahan, kita hanya sedang menyaksikan sejarah berulang: negara diuntungkan sesaat, rakyat merugi selamanya.

 

Penulis : Rocky A.K

Sumber Berita: www.teropongrakyat.co

Berita Terkait

Masa Depan Maritim di Tangan Generasi Muda: Pelindo Solusi Logistik Bekali Siswa dengan Inspirasi dan Teknologi
Analisis Kajian Ilmiah Populer: IKN Sebagai Ibukota Politik 2028
Kota Bekasi melalui Dinas Kesehatan menggelar Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor
Ketika Pena Berpadu dengan Bendera: Eksistensi Pers yang Mirip LSM/Ormas dan Implikasinya pada Demokrasi
Jeritan Rakyat di Tengah Lilitan Utang PLN: Gaji Fantastis, Bonus Miliaran, Mayarakat Tercekik!
Jejak Partai-Partai Kristen di Indonesia: Dari Parkindo hingga Era Reformasi
Momen Foto Kebersamaan Bupati dan Kajari di Tengah Sorotan Konflik Kepentingan Penanganan Kasus Hukum
Jalan Terjal Menuju Kesetaraan Tanda Urgensi Partai Politik Kristen

Berita Terkait

Senin, 29 September 2025 - 18:09 WIB

Masa Depan Maritim di Tangan Generasi Muda: Pelindo Solusi Logistik Bekali Siswa dengan Inspirasi dan Teknologi

Sabtu, 20 September 2025 - 18:35 WIB

Analisis Kajian Ilmiah Populer: IKN Sebagai Ibukota Politik 2028

Sabtu, 20 September 2025 - 17:56 WIB

Di Balik Kebijakan Purbaya Yudhi: Kenapa Kita Harus Berubah?

Jumat, 19 September 2025 - 02:28 WIB

Kota Bekasi melalui Dinas Kesehatan menggelar Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor

Selasa, 16 September 2025 - 19:35 WIB

Ketika Pena Berpadu dengan Bendera: Eksistensi Pers yang Mirip LSM/Ormas dan Implikasinya pada Demokrasi

Berita Terbaru