Krisis Daya Beli di Era Deflasi, Mampukah Pemerintahan Prabowo-Gibran Membalikkan Keadaan?

- Jurnalis

Selasa, 22 Oktober 2024 - 21:49 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Krisis Daya Beli di Era Deflasi, Mampukah Pemerintahan Prabowo-Gibran Membalikkan Keadaan? - Teropong Rakyat
Ekonom, Avialiani dan Managing Partner Inventure, Yuswohady dalam konferensi pers Indonesia Industry Outlook 2025 dengan tema Indonesia Market Outlook 2025: Kelas Menengah Hancur, Masihkah Bisnis Mantul?, Selasa (22/10).

 

Jakarta, TeropongRakyat.co – Di tengah ketidakpastian ekonomi dan Deflasi yang melanda Indonesia sejak Mei hingga September 2024, daya beli kelas menengah berada di bawah tekanan berat.

Berdasarkan survei terbaru Inventure yang melibatkan 450 responden, sebanyak 49% dari kelas menengah merasa daya beli mereka merosot signifikan, sementara 51% lainnya merasa masih mampu bertahan.

ADVERTISEMENT

Krisis Daya Beli di Era Deflasi, Mampukah Pemerintahan Prabowo-Gibran Membalikkan Keadaan? - Teropong Rakyat

SCROLL TO RESUME CONTENT

Yuswohady, Managing Partner Inventure, mengungkapkan dalam acara Press Conference Indonesia Industry Outlook 2025 bertema Indonesia Market Outlook 2025: Kelas Menengah Hancur, Masihkah Bisnis Mantul, bahwa kelas menengah kini menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas keuangan.

“Penurunan daya beli ini lebih banyak dialami oleh kelompok aspiring middle class atau kelas menengah bawah, yang mencatatkan penurunan daya beli sebesar 67%. Sementara itu, kelompok middle class yang lebih mapan, mengalami penurunan yang lebih moderat sebesar 47%,” ungkap Yuswohady pada Selasa (22/10/2024).

Faktor utama yang memicu penurunan daya beli adalah lonjakan harga kebutuhan pokok, yang dirasakan oleh 85% responden.

Baca Juga:  VRITIMES Menggandeng TeropongTimurNews.id sebagai Mitra Media Strategis

Biaya pendidikan dan kesehatan yang semakin mahal juga menjadi beban, diikuti oleh pendapatan yang stagnan.

Namun menariknya, di tengah kesulitan ekonomi ini, fenomena lipstick effect atau kecenderungan konsumen untuk membeli barang mewah yang lebih terjangkau, seperti produk skincare affordable dan makan di luar, tetap bertahan.

Bahkan, biaya untuk makan di luar merupakan salah satu pos pengeluaran yang paling minim dipangkas oleh kelas menengah.

“Orang tetap memilih dine out di mal meskipun harus memotong pengeluaran untuk hal lain, seperti produk skincare premium,” tambah Yuswohady.

Di sisi lain, deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut menjadi cerminan bahwa kelas menengah semakin menahan diri dalam berbelanja.

Akibatnya, banyak dari mereka yang menunda pengeluaran besar seperti pembelian kendaraan (70%), renovasi rumah (68%), dan investasi atau tabungan non-darurat (56%).

Gen Z, sebagai kelompok baru dalam kelas menengah, turut menghadapi tantangan besar.

Baca Juga:  Cloudsine Bermitra dengan Magnolia DXP untuk Meningkatkan Keamanan Web

Berdasarkan survei Inventure, dua dari tiga Gen Z merasa tidak mampu membeli rumah dalam tiga tahun ke depan akibat kenaikan harga properti yang jauh melampaui pendapatan mereka.

Bahkan, 24% dari mereka lebih memilih menghabiskan uang untuk pengalaman seperti nonton konser dan liburan ketimbang menabung untuk rumah.

Survei ini juga menyoroti fenomena yang memprihatinkan, yaitu 14% dari kelas menengah terlibat dalam aktivitas judi online, yang menyebabkan mereka terjerat hutang dari pinjaman online (pinjol).

Akibatnya, mereka harus memangkas pengeluaran rumah tangga seperti uang rokok (28%), uang makan (29%), dan uang liburan (24%) untuk menutupi hutang tersebut.

Kondisi ekonomi yang tidak stabil ini menjadi tantangan besar bagi kelas menengah, yang semakin terjepit oleh kebijakan pemerintah seperti kenaikan PPN dan pengurangan alokasi anggaran kesejahteraan sosial.

Banyak dari mereka berharap adanya revisi kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat agar daya beli dan kesejahteraan mereka bisa dipulihkan.

 

Berita Terkait

Tempat Hiburan Karaoke Masih Jadi Primadona Masyarakat Tanah Air
INDONESIA HADIRI SIDANG DEWAN IMO KE 134 DI LONDON, INGGRIS
Usulan Pagu Indikatif Kementerian Perhubungan TA 2026 Sebesar Rp24,4 Triliun, Komisi V DPR RI Setuju?
Bank Raya Raih SPEx2 Awards 2025 Konsisten Hadirkan Inovasi untuk Produk Digital Semakin Lengkap
Skandal BUMD BDS Menguap, Forum Korban Serukan Investigasi KPK dan Kejaksaan
Bank BJB Syariah Sukses Catat Perdana Sukuk Wakalah, Raih Rp300 Miliar Dana
105.4 Miliar Para Pengusaha Di Rugikan Perusahan PT Bandung Daya Sentosa,Milik Pemkab Bandung
Kunjungi Pelabuhan Cirebon, Stranas PK Lakukan Rakor dan Peninjauan Lapangan Aksi Reformasi Tata Kelola Logistik Nasional Di Pelabuhan Cirebon

Berita Terkait

Minggu, 13 Juli 2025 - 21:54 WIB

Tempat Hiburan Karaoke Masih Jadi Primadona Masyarakat Tanah Air

Jumat, 11 Juli 2025 - 21:02 WIB

INDONESIA HADIRI SIDANG DEWAN IMO KE 134 DI LONDON, INGGRIS

Jumat, 11 Juli 2025 - 19:12 WIB

Usulan Pagu Indikatif Kementerian Perhubungan TA 2026 Sebesar Rp24,4 Triliun, Komisi V DPR RI Setuju?

Rabu, 9 Juli 2025 - 20:06 WIB

Bank Raya Raih SPEx2 Awards 2025 Konsisten Hadirkan Inovasi untuk Produk Digital Semakin Lengkap

Senin, 7 Juli 2025 - 22:19 WIB

Skandal BUMD BDS Menguap, Forum Korban Serukan Investigasi KPK dan Kejaksaan

Berita Terbaru