Jakarta, teropongrakyat.co – Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali membara, memunculkan kekhawatiran dunia atas potensi pecahnya konflik militer terbuka di Asia Tenggara. Bentrokan bersenjata yang terjadi di perbatasan kedua negara dalam sepekan terakhir telah menimbulkan korban jiwa, termasuk warga sipil, dan menyulut kecaman dari berbagai pihak internasional.
Dilaporkan oleh Al Jazeera, pertempuran sengit mencuat di kawasan perbatasan Provinsi Surin (Thailand) dan Provinsi Oddar Meanchey (Kamboja), tempat yang telah lama menjadi titik konflik perebutan wilayah. Bentrokan bersenjata, pengeboman, dan artileri berat dilaporkan digunakan oleh kedua belah pihak.
Kementerian Kesehatan Thailand melaporkan sedikitnya 13 warga sipil dan 1 tentara tewas, serta 32 warga sipil dan 14 tentara lainnya terluka. Ribuan warga sipil dari dua negara terpaksa dievakuasi. Tempat perlindungan bom darurat dibangun dengan beton, karung pasir, bahkan ban mobil bekas untuk mengantisipasi serangan lanjutan.
Apa Penyebab Thailand dan Kamboja Berseteru?
Konflik Thailand-Kamboja bukanlah konflik baru. Akar permasalahan utamanya terletak pada sengketa wilayah perbatasan, khususnya di sekitar Kuil Preah Vihear, sebuah situs warisan budaya yang terletak di perbatasan antara kedua negara.
Kuil Preah Vihear dan Sengketa Berkepanjangan
Kuil Preah Vihear adalah kuil Hindu bersejarah yang dibangun pada abad ke-11. Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa kuil tersebut berada di wilayah Kamboja. Namun, keputusan ini tidak menyelesaikan semua persoalan, karena wilayah di sekitar kuil, termasuk akses jalan dan area penyangga, tetap dipersengketakan hingga hari ini.
Pada 2008, ketika UNESCO menetapkan Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia yang dikelola oleh Kamboja, protes keras datang dari Thailand. Sejak saat itu, ketegangan terus berlangsung dan bentrokan militer sporadis sering terjadi, terutama selama masa kampanye politik di kedua negara.
Tuduhan Kejahatan Perang dan Respons PBB
Menteri Kesehatan Thailand, Thepsuthin Somsak, menuding tindakan militer Kamboja sebagai bentuk kejahatan perang. Ia menyebut serangan artileri berat menyasar pemukiman sipil dan menyebabkan korban jiwa dari kalangan anak-anak dan lansia.
Menanggapi situasi ini, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menuduh Thailand melanggar hukum internasional dan menuntut intervensi segera dari Dewan Keamanan PBB. Dalam pernyataannya, Hun Manet menyebut bahwa “agresi militer Thailand mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan ASEAN.”
Korban dan Dampak Kemanusiaan
Konflik ini telah memaksa lebih dari 35.000 warga Thailand dan Kamboja meninggalkan rumah mereka. Laporan dari Palang Merah Internasional menyebutkan bahwa kebutuhan akan makanan, air bersih, dan obat-obatan mendesak sangat tinggi di kamp-kamp pengungsi yang dibangun secara darurat di dekat garis perbatasan.
Organisasi Hak Asasi Manusia Internasional (Human Rights Watch) mengecam penggunaan senjata berat di dekat area permukiman dan mendesak kedua belah pihak untuk mematuhi hukum humaniter internasional.
Sejarah Panjang yang Belum Usai
Dosen hubungan internasional dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Wibowo Susanto, menjelaskan bahwa konflik ini sangat kompleks dan bersifat historis.
“Konflik Thailand-Kamboja bukan sekadar tentang batas wilayah. Ini menyangkut identitas nasional, klaim sejarah, dan politik dalam negeri masing-masing. Selama tidak ada komitmen politik untuk duduk bersama dengan mediasi yang kuat, maka konflik semacam ini akan terus berulang,” ujarnya
Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja yang kembali meletus pada Juli 2025 adalah puncak dari ketegangan panjang yang belum menemukan solusi permanen.
Di tengah derita warga sipil dan meningkatnya korban jiwa, dunia internasional dihadapkan pada tantangan diplomatik besar untuk meredakan konflik dan menjaga stabilitas kawasan.
Masyarakat internasional kini menanti langkah nyata dari ASEAN, PBB, dan kedua pemimpin negara untuk menyudahi konflik yang mengancam perdamaian regional ini.
Redaksi: teropongrakyat.co
Editor: Rocky
Sumber: Al Jazeera
























































