Jakarta, 30 Agustus 2024 | teropongrakyat.co – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Mengatasi Tantangan dan Memanfaatkan Peluang di Sektor Komunikasi dan Informatika Indonesia.” Diskusi ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan pemerintah, pelaku industri, dan akademisi, dengan fokus mencari solusi atas tantangan yang terus meningkat di sektor komunikasi dan informatika.
Dalam pembukaan acara, Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, menyoroti potensi besar sektor telekomunikasi dan informatika di Indonesia, namun juga menggarisbawahi berbagai tantangan yang dihadapi, seperti kesenjangan konektivitas dan ancaman keamanan siber. Menurutnya, meskipun teknologi telah menjangkau banyak wilayah, masih terdapat 3,4 miliar orang di dunia yang belum memiliki akses internet.
“Tantangan terbesar yang kita hadapi di Indonesia adalah kesenjangan digital dan kurangnya talenta di bidang digital,” ujar Budi, Sabtu (30/08/2024) di Menara Kadin Jakarta
Ia menambahkan bahwa pada tahun 2030, Indonesia membutuhkan setidaknya 12 juta talenta digital untuk mendukung perkembangan ekonomi digital, namun jika tidak ada terobosan, diperkirakan hanya 9 juta yang dapat terpenuhi.
Firlie Ganinduto Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Komunikasi dan Informasi, juga menekankan bahwa kesenjangan digital di Indonesia terutama terlihat pada distribusi talenta digital yang tidak merata. Sebagian besar sumber daya manusia yang cakap digital terkonsentrasi di Pulau Jawa, dengan DKI Jakarta memiliki persentase tertinggi penduduk yang memiliki keterampilan digital (92%), jauh di atas rata-rata nasional.
“Kita harus berkolaborasi lintas sektor untuk mengatasi kesenjangan ini. FGD ini diharapkan menjadi wadah bagi seluruh pemangku kepentingan untuk merumuskan solusi bersama,” jelas Firlie. Ia menegaskan bahwa Kadin Indonesia mengambil peran aktif dalam merumuskan kebijakan strategis yang dapat menjawab tantangan di sektor komunikasi dan informatika secara inklusif dan berkelanjutan.
Isu Keamanan Siber dan Kesenjangan Talenta Digital
Selain kesenjangan digital, ancaman keamanan siber juga menjadi isu utama yang dibahas dalam diskusi ini. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam insiden kebocoran data dan serangan siber, yang dapat mengancam stabilitas ekonomi digital. Untuk itu, kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dalam memperkuat perlindungan data dan sistem keamanan digital sangat diperlukan.
Firlie menambahkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih belum sepenuhnya mendukung pengembangan keterampilan digital, terutama di luar Pulau Jawa. Kondisi ini memperparah kesenjangan digital, terutama di wilayah yang akses internetnya masih terbatas.
Rekomendasi untuk Masa Depan
FGD ini bertujuan untuk memetakan tantangan dan peluang di sektor komunikasi dan informatika, sekaligus menghasilkan rekomendasi kebijakan yang strategis. Dengan melibatkan berbagai pihak, Kadin berharap dapat membentuk ekosistem yang inklusif, di mana semua pemangku kepentingan dapat berkontribusi dalam mengatasi kesenjangan digital dan ancaman keamanan siber.
Diskusi ini juga mencakup pembahasan tentang bagaimana mempercepat pengembangan talenta digital melalui pendidikan, pelatihan, dan program akselerasi yang disesuaikan dengan kebutuhan industri saat ini. “Kolaborasi adalah kunci untuk menghadapi semua tantangan ini. Kami berharap hasil diskusi ini dapat dijadikan panduan untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif di masa depan,” pungkas Firlie.
Dengan adanya FGD ini, Kadin Indonesia berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam mendorong perkembangan sektor komunikasi dan informatika Indonesia agar mampu menghadapi tantangan di era digital yang semakin kompleks.
(Shansan)