Fenomena Sosial Terbalik: Ketika yang Baik Disalahkan, yang Salah Dibenarkan

- Jurnalis

Minggu, 13 Juli 2025 - 19:25 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta ,13 Juli 2025teropongrakyat.co — Fenomena sosial yang mengkhawatirkan kini mulai terlihat di tengah masyarakat: ketika seseorang berbuat benar, ia justru mendapat celaan, sementara pelaku kesalahan mendapat pembelaan dan dukungan. Pola ini tidak hanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga terlihat di berbagai lapisan — mulai dari lingkungan keluarga, dunia pendidikan, media sosial, hingga ranah pemerintahan.

Contoh terbaru terjadi di media sosial, saat seorang pemuda yang menegur pengendara motor karena melanggar jalur trotoar justru dihujat oleh warganet. Di sisi lain, pelanggar justru dibela dengan dalih “sedang terburu-buru” atau “jalan terlalu macet”. Fenomena ini menjadi cerminan adanya krisis moral yang melanda sebagian masyarakat.

Baca Juga:  Kurnias Tour Travel Terbangkan Ratusan Jama’ah Ke Tanah Suci, Ini Profilnya.

Sosiolog Universitas Indonesia, Dr. Lina Maharani, mengatakan bahwa kondisi ini dipicu oleh melemahnya nilai-nilai etika dan hilangnya keteladanan. “Ketika masyarakat mulai menormalkan yang salah dan mencurigai yang benar, itu tanda bahwa nilai benar-salah telah kabur dalam persepsi publik,” ujarnya.

ADVERTISEMENT

Fenomena Sosial Terbalik: Ketika yang Baik Disalahkan, yang Salah Dibenarkan - Teropong Rakyat

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tak hanya di masyarakat, dalam sistem birokrasi pun sering terjadi hal serupa. Whistleblower atau pelapor korupsi acap kali mendapat tekanan, bahkan intimidasi, sementara pelaku korupsi tetap bebas berkeliaran dan dielu-elukan oleh sebagian pihak.

Fenomena ini juga berdampak buruk terhadap generasi muda. Banyak dari mereka yang menjadi ragu untuk bersikap jujur atau membela kebenaran karena takut dikucilkan. “Kalau membela yang benar tapi malah dimusuhi, lama-lama semua orang akan memilih diam,” kata Andi, seorang mahasiswa di Jakarta.

Baca Juga:  Per 1 September 2024 Harga BBM Resmi Naik di SPBU Seluruh Indonesia

Pemerhati etika publik menyarankan perlunya gerakan moral di berbagai sektor: pendidikan, media, keluarga, dan lembaga negara. Mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap nilai-nilai kebenaran menjadi hal yang sangat mendesak.

Jika kondisi ini dibiarkan, bukan tak mungkin masyarakat akan terbiasa hidup dalam kepalsuan, membenarkan yang salah, dan memusuhi kebenaran — sebuah ancaman serius bagi masa depan bangsa.

 

Berita Terkait

Budaya Pacu Jalur, Warisan Melayu Riau yang Mendunia
Menyoal Pandangan Gubernur Jabar : Efisiensi Jangan Korbankan Integritas Informasi
INDONESIA HADIRI SIDANG DEWAN IMO KE 134 DI LONDON, INGGRIS
Usulan Pagu Indikatif Kementerian Perhubungan TA 2026 Sebesar Rp24,4 Triliun, Komisi V DPR RI Setuju?
Di Puncak Hari Jadi Ngawi Ke-667. Danyonarmed 12 Kostrad Bersama Forkopinda Kabupaten Ngawi Nobar Wayang Kulit “Dewa Ruci” 
Tren Sawit di Indonesia Mulai Menemukan Jati Diri: Antara Tantangan dan Peluang Baru
Modernisasi Ibu Kota DKI Jakarta Diwarnai Tantangan Gaya Hidup Bebas dan Peredaran Narkoba
Sekdes Cipaku Ditangkap Usai Korupsi Dana Desa Rp513 Juta untuk Beli Diamond Mobile Legends

Berita Terkait

Minggu, 13 Juli 2025 - 19:25 WIB

Fenomena Sosial Terbalik: Ketika yang Baik Disalahkan, yang Salah Dibenarkan

Sabtu, 12 Juli 2025 - 15:03 WIB

Budaya Pacu Jalur, Warisan Melayu Riau yang Mendunia

Sabtu, 12 Juli 2025 - 00:00 WIB

Menyoal Pandangan Gubernur Jabar : Efisiensi Jangan Korbankan Integritas Informasi

Jumat, 11 Juli 2025 - 21:02 WIB

INDONESIA HADIRI SIDANG DEWAN IMO KE 134 DI LONDON, INGGRIS

Jumat, 11 Juli 2025 - 19:12 WIB

Usulan Pagu Indikatif Kementerian Perhubungan TA 2026 Sebesar Rp24,4 Triliun, Komisi V DPR RI Setuju?

Berita Terbaru

Opini

Opini: Sayang Itu Merelakan, Bukan Mempertahankan

Senin, 14 Jul 2025 - 01:02 WIB