Arogansi dan Kejanggalan di Balik Vaksinasi Qdenga di SDN Menteng Atas 14, Wartawan Dilarang Liput, Orang Tua “Dibayar” Rp350 Ribu

- Jurnalis

Kamis, 23 Oktober 2025 - 17:58 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, TeropongRakyat.co – Kegiatan vaksinasi Demam Berdarah (DBD) dengan vaksin Qdenga di SDN Menteng Atas 14, Jalan Minangkabau Dalam No. 15, Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, kini menuai sorotan tajam. Vaksinasi yang disebut-sebut bekerja sama antara Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) dan Puskesmas Setiabudi ini justru menyisakan banyak kejanggalan — mulai dari transparansi kegiatan, dugaan pemberian uang kepada orang tua siswa, hingga pembatasan kerja jurnalistik. Kamis, (23/10/2025).

Dalam pelaksanaan di lapangan, redaksi TeropongRakyat.co yang hendak meliput kegiatan tersebut justru dihalangi oleh salah satu dokter yang terlibat. Wartawan dilarang mengambil gambar maupun menggali informasi dengan alasan bahwa “kegiatan sudah dikoordinasikan lewat satu pintu” dan “rilis akan diberikan dari atas.”

Sikap seperti ini bukan hanya bentuk arogansi akademik dan birokratis, tetapi juga tamparan keras bagi transparansi publik, apalagi kegiatan ini menyangkut anak-anak sekolah dasar yang menjadi sasaran vaksin.

ADVERTISEMENT

Arogansi dan Kejanggalan di Balik Vaksinasi Qdenga di SDN Menteng Atas 14, Wartawan Dilarang Liput, Orang Tua “Dibayar” Rp350 Ribu - Teropong Rakyat

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ironisnya, pihak sekolah sebenarnya telah memberikan izin kepada wartawan untuk meliput kegiatan di lingkungan sekolah. Kepala sekolah bahkan menyatakan tidak ada larangan peliputan, karena kegiatan dilakukan di area publik yang menjadi bagian dari tanggung jawab sekolah. Namun, izin tersebut justru dimentahkan oleh pihak medis yang datang membawa nama FK UI dan puskesmas, seolah-olah sekolah tidak memiliki kewenangan di wilayahnya sendiri.

Baca Juga:  Debt Collector Diduga Serang Kediaman Jurnalis di Karawang, Mobil Dibawa ke Polres

Kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar: mengapa kegiatan yang disebut ilmiah dan resmi justru dilakukan dengan menutup-nutupi kehadiran media?

Lebih ironis lagi, terungkap bahwa orang tua siswa yang bersedia anaknya divaksin menerima uang sebesar Rp350.000. Pihak sekolah menyebut uang itu sebagai pengganti transportasi, namun seorang dokter bernama Alex, yang hadir di lokasi, menyatakan uang tersebut merupakan biaya pemantauan hasil vaksin.

Dua versi berbeda dari dua pihak penyelenggara menimbulkan pertanyaan serius soal transparansi dan motif di balik kegiatan tersebut.

Lebih jauh, pelaksanaan vaksinasi di sekolah dasar juga menyentuh aspek hukum lain, yakni soal penyelenggaraan program kesehatan publik. Jika benar kegiatan ini tidak berada di bawah kendali langsung pemerintah pusat atau Kementerian Kesehatan, maka dapat dikategorikan sebagai kegiatan non-program pemerintah yang seharusnya melalui proses izin, pengawasan etik, serta evaluasi medis yang ketat.

Baca Juga:  Tiga Pilar Johar Baru Gelar Apel Pengamanan Malam Tahun Baru 2025

Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap banyak program kesehatan, tindakan menutup-nutupi kegiatan publik dan membungkam jurnalis hanya akan memperdalam kecurigaan. Transparansi bukan ancaman — justru menjadi dasar kepercayaan masyarakat terhadap dunia medis.

Sayangnya, dalam kasus ini, yang tampak bukan semangat pengabdian, melainkan sikap eksklusif, tertutup, dan berpotensi melanggar etika profesi.

Jika benar kegiatan ini “sah dan aman”, maka tidak ada alasan untuk menutup pintu informasi. Publik berhak tahu siapa penyelenggara, sumber dana, dan alasan pemberian uang kepada orang tua murid.

Karena di balik jarum vaksin itu, bukan hanya soal imunisasi — tapi juga soal kejujuran, tanggung jawab, dan hak masyarakat untuk tahu.

Berita Terkait

Dirut PT Terra Drone Indonesia Resmi Jadi Tersangka Kebakaran Maut, Polisi Ungkap Kelalaian Sistemik dan Ancaman Hukuman Berat
Tak Sesuai Peruntukan, Insiden SDN Kalibaru 1 Bongkar Bobroknya Manajemen MBG di Jakut!
Trem Modern Dinilai Jadi Kunci Revolusi Transportasi Kota Bogor
Kronologi Penculikan dan Penyekapan “IS”: Dua Kali Disekap, Diancam Dijual Ginjal, Korban Akhirnya Lapor ke Polres Jakarta Selatan
Tragedi Mobil Distribusi Gizi di Cilincing: 18 Korban, BGN Tanggung Penuh Biaya Perawatan dan Perketat SOP
22 Korban Kebakaran Terra Drone Teridentifikasi, RS Polri Pastikan Semua Keluarga Dapat Kepastian
Mobil MBG Hilang Kendali, Siswa SDN 01 Cilincing Terlindas Saat Giat Baris-Berbaris
Diskusi Dilibas STIK Tutup Episode Terakhir, Irjen Eko Rudi Sudarto: Ruang Refleksi untuk Polri yang Lebih Baik

Berita Terkait

Jumat, 12 Desember 2025 - 18:18 WIB

Dirut PT Terra Drone Indonesia Resmi Jadi Tersangka Kebakaran Maut, Polisi Ungkap Kelalaian Sistemik dan Ancaman Hukuman Berat

Jumat, 12 Desember 2025 - 16:49 WIB

Tak Sesuai Peruntukan, Insiden SDN Kalibaru 1 Bongkar Bobroknya Manajemen MBG di Jakut!

Kamis, 11 Desember 2025 - 21:28 WIB

Kronologi Penculikan dan Penyekapan “IS”: Dua Kali Disekap, Diancam Dijual Ginjal, Korban Akhirnya Lapor ke Polres Jakarta Selatan

Kamis, 11 Desember 2025 - 19:36 WIB

Tragedi Mobil Distribusi Gizi di Cilincing: 18 Korban, BGN Tanggung Penuh Biaya Perawatan dan Perketat SOP

Kamis, 11 Desember 2025 - 09:43 WIB

22 Korban Kebakaran Terra Drone Teridentifikasi, RS Polri Pastikan Semua Keluarga Dapat Kepastian

Berita Terbaru