Jakarta – Teropongrakyat.co ||Bubur ayam, hidangan sederhana namun kaya rasa, telah menjadi salah satu sarapan favorit dan hidangan penghibur di Indonesia. Dengan tekstur lembut, gurihnya kuah kaldu, suwiran ayam, serta taburan pelengkap seperti cakwe, kerupuk, dan bawang goreng, bubur ayam memiliki tempat istimewa di hati banyak orang. Namun, sejarah bubur ayam jauh lebih panjang dan berakar kuat pada tradisi kuliner kuno
Sejarah bubur ayam tidak bisa dilepaskan dari “congee” atau “zhou”, bubur nasi tradisional yang telah menjadi bagian integral dari diet di Tiongkok selama ribuan tahun. Catatan sejarah menunjukkan bahwa congee telah ada sejak era Dinasti Zhou (1046–256 SM). Pada awalnya, congee adalah hidangan sederhana yang dibuat untuk memanfaatkan sisa nasi atau sebagai makanan pokok saat kelangkaan bahan makanan.
Seiring waktu, congee berevolusi menjadi hidangan yang lebih kompleks dan bervariasi. Berbagai bahan ditambahkan, mulai dari daging, ikan, sayuran, hingga rempah-rempah, menciptakan beragam jenis congee dengan cita rasa yang berbeda. Congee juga dikenal karena khasiat kesehatannya, sering disajikan kepada orang sakit atau sebagai makanan bayi karena mudah dicerna dan memberikan energi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kedatangan para pedagang dan imigran Tiongkok ke Nusantara membawa serta budaya dan kuliner mereka, termasuk tradisi bubur nasi. Di Indonesia, bubur nasi ini kemudian mengalami akulturasi dengan cita rasa lokal. Bahan-bahan dan teknik memasak disesuaikan dengan ketersediaan rempah dan selera masyarakat setempat.
Bubur nasi yang tadinya polos atau hanya dengan sedikit tambahan, mulai diperkaya dengan kaldu ayam, suwiran daging ayam, dan berbagai topping khas Indonesia. Penggunaan bawang goreng, seledri, kerupuk, dan sambal kacang (atau kuah kuning) menjadi ciri khas bubur ayam Indonesia yang membedakannya dari congee aslinya.
Di Indonesia, bubur ayam tidak hanya sekadar makanan. Ia adalah simbol kehangatan, kenyamanan, dan seringkali menjadi pilihan utama saat cuaca dingin atau saat seseorang merasa kurang sehat. Dari gerobak kaki lima yang mengepulkan asap di pinggir jalan hingga restoran mewah, bubur ayam tetap mempertahankan popularitasnya sebagai hidangan yang merakyat dan dicintai semua kalangan.
Variasi bubur ayam pun berkembang pesat di berbagai daerah. Ada bubur ayam Jakarta dengan kuah kuningnya yang khas, bubur ayam Bandung dengan kerupuk merah dan kacang kedelainya, hingga bubur ayam Cirebon yang lebih kental. Setiap varian menawarkan pengalaman rasa yang unik, namun tetap mempertahankan esensi bubur nasi yang lembut dan gurih.
Dengan sejarah panjang yang merentang dari Tiongkok kuno hingga menjadi ikon kuliner di Indonesia, bubur ayam adalah bukti nyata bagaimana sebuah hidangan dapat beradaptasi, berkembang, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya suatu bangsa.
Penulis : Yordani