Stres Ancam Kesehatan, Perbaiki Pola Hidup melalui Pendekatan Sadar Risiko

- Jurnalis

Jumat, 8 November 2024 - 10:52 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Stres menjadi isu kesehatan yang makin mendesak di era modern, khususnya bagi para pekerja, karena bisa memengaruhi berbagai aspek kehidupan dan menimbulkan masalah kesehatan secara jangka panjang. Sebagai respon terhadap stres, para pekerja sering kali melarikan diri dengan berbagai kebiasaan berisiko seperti merokok. Produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik, kantong nikotin, dan produk tembakau yang dipanaskan, dapat menjadi opsi bagi perokok untuk memperbaiki pola hidup.

JAKARTA – Stres menjadi isu kesehatan yang makin
mendesak di era modern, khususnya bagi para pekerja, karena bisa memengaruhi
berbagai aspek kehidupan dan menimbulkan masalah kesehatan secara jangka
panjang. Sebagai respon terhadap stres, para pekerja sering kali melarikan diri
dengan berbagai kebiasaan berisiko seperti merokok. Produk tembakau alternatif,
seperti rokok elektronik, kantong nikotin, dan produk tembakau yang dipanaskan,
dapat menjadi opsi bagi perokok untuk memperbaiki pola hidup.

Direktorat
Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, dr. Puspita Tri Utami, M.Si, M.KKK, menjelaskan
 stres pada pekerja bisa berdampak pada
aspek psikologis dan fisiologis. Secara psikologis, stres bisa memicu depresi,
psikosomatis, hingga masalah kejiwaan. Sementara dari sisi fisiologis, stres
bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan mulai dari kardiovaskular, diabetes melitus, muskuloskeletal, sakit kepala, hingga
gangguan imunitas.

“Kesehatan jiwa dan kesehatan fisik
sangat berkaitan karena hormon kortisol bisa menyebabkan gangguan-gangguan
fisik sehingga kita harus menjaga kesehatan mental,” kata dr. Puspita saat menjadi narasumber dalam diskusi yang digelar Masyarakat Sadar
Risiko Indonesia (MASINDO) dengan tema “Membangun Kesadaran Risiko Kesehatan
Mental” belum lama ini.

Adapun dampak stres
terhadap gangguan perilaku meliputi perubahan pola makan dan tidur, sosialisasi
menurun, dan kebiasaan merokok. Akibatnya, performa pekerja menjadi turun.
“Organisasi akan turut terdampak karena pekerja menjadi sering tidak masuk kerja,
peningkatan turnover, konflik meningkat dan penurunan kualitas hubungan
antar sesama. Akhirnya juga akan ada peningkatan biaya untuk masalah kesehatan
karena tingkat kecelakaan meningkat,” ucap dr. Puspita.

Dalam kesempatan yang sama, menurut Psikolog, Sukmayanti Rafisukmawan,
M.Psi, untuk mengatasi stres memang memerlukan pendekatan yang mendalam
selain pemberian edukasi agar para pekerja tidak melakukan kebiasaan berisiko
yang sifatnya coping menchanism seperti kebiasaan merokok. “Jika
berhenti langsung ternyata tidak berhasil dan tetap dipaksakan, maka akan
menimbulkan ketidakseimbangan berupa kecemasan yang berlebih sehingga berdampak
pada menurunnya tingkat konsentrasi, suasana hati mudah berubah, dan rentan
emosi. Ujungnya kemungkinan besar terjadi relaps,” katanya.

Untuk para
perokok dewasa yang mengalami kesulitan berhenti merokok secara langsung, maka
dapat mengedepankan upaya pengurangan risiko dengan cara beralih melalui
penggunaan produk tembakau alternatif. “Mari kita buat suatu rencana yang secara bertahap. Misalnya mereduksi
kebiasaan merokok dengan menggunakan produk-produk yang jauh lebih rendah
risiko, seperti produk tembakau alternatif dan sambil terus melakukan konseling
dengan psikolog. Intinya adalah bisa menstabilkan,” jelasnya.

Baca Juga:  KREEN Sukses Menjadi Partner Voting dan Ticketing di Ajang Pageant Puteri Anak, Remaja, Batik Cilik dan Batik Remaja Indonesia 2024

Dokter
Spesialis Gizi Klinik, dr. Andri Kelvianto, M. Gizi, Sp. GK, AIFO-K, juga
senada dengan Sukmayanti. Untuk mengurangi kebiasaan buruk akibat stres perlu
dilakukan secara bertahap. “Kalau emotional eating, kita tahu hormon
kortisol lagi tinggi sehingga menginginkan rewarding berupa makanan
manis untuk menaikkan hormon dopamin. Jadi bisa ganti ke gula bebas kalori
karena yang dikejar dari rewarding emotional eating adalah rasa
manisnya. Ini salah satu cara mengurangi risiko,” ucapnya.

Strategi tersebut, lanjut Andri, dapat juga diterapkan
untuk mengurangi risiko dari kebiasaan merokok. “Kita ganti menggunakan produk
yang secara penelitian lebih rendah risiko sehingga tidak menghilangkan beberapa kebutuhan yang bisa
dimanfaatkan seseorang untuk menurunkan stres. 
Jadi seseorang tidak merasa terlalu berat karena tidak berubah 180
derajat. Itu salah satu pengurangan risiko yang bisa kita
lakukan,” tuturnya.

Berita Terkait

Jasa Backdrop Jogja
Ethereum (ETH) Ungguli Bitcoin (BTC) di Kuartal Kedua 2025, Potensi Bullish di Q3
Bank Raya Hadirkan “Raya Poin” di Raya App, Ajak Masyarakat Gencar Menabung dan Transaksi Keuangan
PT CTP Tollways Perkuat Manajemen Pengetahuan melalui Workshop KMAP
Warkop Atteh Nusantara: Cita Rasa Aceh dan Nusantara di Jantung Jakarta Timur
Fitur “Tagih Uang” Melengkapi Fitur Saku Bareng Raya App, Ajak Komunitas Menabung Hingga 300 Anggota
Ancala Hills: Cafe & Resto Baru di Cianjur Manfaatkan Kearifan Lokal
Kopi Tiam Tepi Jalan: Bukti Kebangkitan Kuliner Bekasi

Berita Terkait

Selasa, 24 Juni 2025 - 15:56 WIB

Jasa Backdrop Jogja

Minggu, 22 Juni 2025 - 18:53 WIB

Ethereum (ETH) Ungguli Bitcoin (BTC) di Kuartal Kedua 2025, Potensi Bullish di Q3

Rabu, 18 Juni 2025 - 12:22 WIB

Bank Raya Hadirkan “Raya Poin” di Raya App, Ajak Masyarakat Gencar Menabung dan Transaksi Keuangan

Jumat, 13 Juni 2025 - 10:36 WIB

PT CTP Tollways Perkuat Manajemen Pengetahuan melalui Workshop KMAP

Senin, 2 Juni 2025 - 16:13 WIB

Warkop Atteh Nusantara: Cita Rasa Aceh dan Nusantara di Jantung Jakarta Timur

Berita Terbaru

TNI – Polri

Kinerja Polsek Cilincing Lamban, Pelaku Penganiayaan Masih Bebas

Rabu, 25 Jun 2025 - 22:15 WIB

Breaking News

Gubernur DKI Jakarta Resmikan Klinik Pratama PMI Jakarta Utara

Rabu, 25 Jun 2025 - 17:31 WIB