Jakarta, teropongrakyat.co – 10 Juli 2025 – Meningkatnya penggunaan handphone oleh anak-anak di Indonesia menuai perhatian serius dari berbagai pihak. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gawai yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik, mental, dan sosial anak.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, lebih dari 70% anak usia 5–15 tahun di Indonesia menggunakan handphone lebih dari 3 jam per hari. Sebagian besar di antaranya menggunakan perangkat untuk menonton video, bermain game, atau mengakses media sosial.
Dampak Kesehatan dan Perilaku
Pakar tumbuh kembang anak, dr. Nur Lestari, Sp.A, menyebutkan bahwa terlalu sering menatap layar dapat menyebabkan gangguan tidur, penurunan konsentrasi, serta berisiko memicu kecanduan digital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Anak-anak menjadi lebih pasif secara fisik, malas bergerak, bahkan mudah marah jika diminta berhenti bermain gadget. Ini berbahaya jika tidak dikendalikan sejak dini,” jelas dr. Lestari.
Selain itu, dampak psikologis seperti isolasi sosial, kurangnya kemampuan berkomunikasi langsung, hingga meniru konten negatif dari internet juga menjadi perhatian utama.
Peran Orang Tua dan Sekolah
Psikolog anak dan remaja, Irma Widjaja, menyarankan agar orang tua membatasi waktu penggunaan handphone dan lebih banyak mengajak anak beraktivitas di dunia nyata. “Batasi screen time maksimal dua jam sehari, dampingi anak saat menggunakan gadget, dan berikan alternatif kegiatan seperti membaca, menggambar, atau olahraga,” katanya.
Sekolah juga diimbau untuk menerapkan kebijakan ramah digital dan menyisipkan edukasi literasi digital agar anak memahami etika serta bahaya di dunia maya.
Langkah Preventif dan Solusi
Beberapa solusi yang dapat diterapkan antara lain:
- Membuat jadwal penggunaan handphone harian.
- Mengaktifkan parental control pada perangkat.
- Mengedukasi anak tentang dampak negatif penggunaan berlebihan.
- Memberikan contoh langsung dari orang tua dalam penggunaan gadget secara bijak.
Dengan pengawasan dan pendampingan yang tepat, teknologi dapat menjadi alat pembelajaran dan hiburan yang bermanfaat, bukan ancaman bagi tumbuh kembang anak.
Sumber: Kementerian Kesehatan RI, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)